Cerita Fabel Islami :Tupai dan Burung Gereja
Di desa hutan ada seekor tupai dan burung gereja, mereka berdua adalah dua hewan yang memiliki sifat yang berlawanan. Tupai adalah hewan yang sudah tidak memiliki orang tua, ia hidup dengan kakak kandungnya. Di bawah asuhan kakak kandungnya ia menjadi seekor Tupai yang rajin, pekerja keras dan memiliki kemandirian yang tinggi. Beda dengan Burung gereja, ia adalah seekor hewan yang berkecukupan, dan bergantung dengan orang tuanya.
Saat Tupai masih belajar disebuah sekolah, ia terkenal sebagai murid yang rajin, namun ia juga dikenal sebagai murid yang bodoh, selalu tertinggal jauh dari teman-temannya. Bahkan Tupai sering lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah di ajarkan oleh gurunya di sekolah. Beda dengan burung gereja yang sangat terkenal sebagai murid yang menguasai banyak pelajaran di sekolah, namun yang tidak disukai teman-temannya adalah sifat malas dan sombongnya.
Di suatu pagi, Tupai datang kesekolah sangat awal sampai-sampai di sekolah belum ada yang datang. Pukul 06.45 ia sampai di sekolah dan langsung menuju ke kelasnya.
“cekreeeek” suara Tupai membuka pintu kelasnya yang sepi.
“wah kok berantakan sekali ya” kata Tupai sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Seketika itu Tupai langsung mengambil sapu dan menyapu kelasnya hingga bersih, menghapus tulisan di papan tulis, menyusun kursi hingga rapi. Setelah kelas terlihat bersih dan rapi, tak lama kemudian teman-teman Tupai datang dengan ekspresi wajah sangat senang dan ceria melihat kelasnya sudah bersih dan rapi.
“Tupai kamu memang rajin” kata teman-teman tupai yang baru datang
“hehe tidak juga kok, saya cuman tidak mau melihat kelas kita kotor” jawab Tupai
Itulah kebiasaan Tupai, dia menjawab pertanyaan teman-temannya dengan senyuman. Ketika jam menunjukan pukul 07.20 si Burung Gereja baru datang dan tanpa menyapa teman-temannya ia langsung duduk di tempat duduknya. itulah kebiasaan Burung Gereja, ia datang lambat dan tidak memberi salam keteman-temannya yang sudah datang lebih awal.
tepat jam 07.30 “teng teng teng” lonceng berbunyi menandakan seluruh murid masuk keruang kelasnya masing-masing. Masuklah pak guru kedalam kelas.
“selamat pagi anak-anak” salam pak guru ketika memauki kelas
“selamat pagi pak” jawab para murid
“murid-murid, hari ini bapak mau menguji kalian semua dengan memberikan pertanyaan mengenai pembelajaran yang lalu, kalau dari kalian tidak bisa jawab berarti kalian tidak belajar” kata pak guru sambil mengeluarkan kertas soal dari tasnya.
Burung Gereja terlihat santai dan siap karena ia sangat paham dengan materi yang diberikan bapak guru pekan lalu, namun si Tupai?... ia kebingungan dan takut apabila ditunjuk karena Tupai lupa dengan apa-apa yang telah dijelaskan oleh pak guru minggu lalu, padahal di rumah Tupai sudah belajar.
30 menit kemudian selesailah pak guru menguji para murid. Al hasil, Burung Gereja bisa menjawab semua pertanyaan yang diberikan pak guru kepada burung gereja. Namun sebaliknya dengan Tupai, tidak satu pun ia bisa menjawab, dan itulah yang membuatnya patah semangat dan frustasi.
Tupai memutuskan untuk pulang meninggalkan sekolahnya. Di tengah perjalanan pulang, dalam kegundahan hatinya meninggalkan sekolahnya, hujan pun turun dengan sangat lebatnya, mamaksa dirinya untuk berteduh didalam sebuah gua. Ketika berada didalam gua pandangannya tertuju pada sebuah tetesan air yang menetes sedikit demi sedikit jatuh melubangi sebuah batu, ia pun terkejut. Tupai pun berguman dalam hati, sungguh sebuah keajaiban. Melihat kejadian itu beliaupun merenung, bagaimana mungkin batu itu bisa terlubangi hanya dengan setetes air. Ia terus mengamati tetesan air itu dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa batu itu berlubang karena tetesan air yang terus menerus. Dari peristiwa itu, seketika ia tersadar bahwa betapapun kerasnya sesuatu jika ia di asah trus menerus maka ia akan manjadi lunak. Batu yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya batu. Jadi kepala saya pasti bisa menyerap segala pelajaran jika dibarengi dengan ketekunan, rajin dan sabar.
Sejak saat itu semangatnya pun kembali tumbuh lalu beliau kembali ke sekolahnya dan menemui Gurunya dan menceritakan pristiwa yang baru saja ia alami. Melihat semangat tinggi yang terpancar dijiwa Tupai, gurunya pun berkenan menerimanya kembali untuk menjadi murid disekolah itu.
Sejak saat itu perubahan pun terjadi dalam diri Tupai. Tupai manjadi murid yang tercerdas dan malampaui teman-temannya termasuk Burung Gereja dan ia pun tumbuh menjadi guru cerdas dan memiliki banyak karya hingga di bukukan.
Catatan: “Kisah Beliau diatas bisa menjadi motivasi bagi kita semua, bahwa sekeras apapun itu dan sesusah apapun itu jika kita betul-betul ikhlas dan tekun serta continue dalam belajar niscaya kita akan menuai kesuksesan. Jangan pernah menyerah atau putus asa, karena kegagalan itu hal yang biasa, tapi jika Anda berhasil bangkit dari kegagalan, itu baru luar biasa.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia sendirilah yang mengubah keadaan mereka sendiri” ( QS. Ar Rad : 11 ).
Saat Tupai masih belajar disebuah sekolah, ia terkenal sebagai murid yang rajin, namun ia juga dikenal sebagai murid yang bodoh, selalu tertinggal jauh dari teman-temannya. Bahkan Tupai sering lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah di ajarkan oleh gurunya di sekolah. Beda dengan burung gereja yang sangat terkenal sebagai murid yang menguasai banyak pelajaran di sekolah, namun yang tidak disukai teman-temannya adalah sifat malas dan sombongnya.
Di suatu pagi, Tupai datang kesekolah sangat awal sampai-sampai di sekolah belum ada yang datang. Pukul 06.45 ia sampai di sekolah dan langsung menuju ke kelasnya.
“cekreeeek” suara Tupai membuka pintu kelasnya yang sepi.
“wah kok berantakan sekali ya” kata Tupai sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Seketika itu Tupai langsung mengambil sapu dan menyapu kelasnya hingga bersih, menghapus tulisan di papan tulis, menyusun kursi hingga rapi. Setelah kelas terlihat bersih dan rapi, tak lama kemudian teman-teman Tupai datang dengan ekspresi wajah sangat senang dan ceria melihat kelasnya sudah bersih dan rapi.
“Tupai kamu memang rajin” kata teman-teman tupai yang baru datang
“hehe tidak juga kok, saya cuman tidak mau melihat kelas kita kotor” jawab Tupai
Itulah kebiasaan Tupai, dia menjawab pertanyaan teman-temannya dengan senyuman. Ketika jam menunjukan pukul 07.20 si Burung Gereja baru datang dan tanpa menyapa teman-temannya ia langsung duduk di tempat duduknya. itulah kebiasaan Burung Gereja, ia datang lambat dan tidak memberi salam keteman-temannya yang sudah datang lebih awal.
tepat jam 07.30 “teng teng teng” lonceng berbunyi menandakan seluruh murid masuk keruang kelasnya masing-masing. Masuklah pak guru kedalam kelas.
“selamat pagi anak-anak” salam pak guru ketika memauki kelas
“selamat pagi pak” jawab para murid
“murid-murid, hari ini bapak mau menguji kalian semua dengan memberikan pertanyaan mengenai pembelajaran yang lalu, kalau dari kalian tidak bisa jawab berarti kalian tidak belajar” kata pak guru sambil mengeluarkan kertas soal dari tasnya.
Burung Gereja terlihat santai dan siap karena ia sangat paham dengan materi yang diberikan bapak guru pekan lalu, namun si Tupai?... ia kebingungan dan takut apabila ditunjuk karena Tupai lupa dengan apa-apa yang telah dijelaskan oleh pak guru minggu lalu, padahal di rumah Tupai sudah belajar.
30 menit kemudian selesailah pak guru menguji para murid. Al hasil, Burung Gereja bisa menjawab semua pertanyaan yang diberikan pak guru kepada burung gereja. Namun sebaliknya dengan Tupai, tidak satu pun ia bisa menjawab, dan itulah yang membuatnya patah semangat dan frustasi.
Tupai memutuskan untuk pulang meninggalkan sekolahnya. Di tengah perjalanan pulang, dalam kegundahan hatinya meninggalkan sekolahnya, hujan pun turun dengan sangat lebatnya, mamaksa dirinya untuk berteduh didalam sebuah gua. Ketika berada didalam gua pandangannya tertuju pada sebuah tetesan air yang menetes sedikit demi sedikit jatuh melubangi sebuah batu, ia pun terkejut. Tupai pun berguman dalam hati, sungguh sebuah keajaiban. Melihat kejadian itu beliaupun merenung, bagaimana mungkin batu itu bisa terlubangi hanya dengan setetes air. Ia terus mengamati tetesan air itu dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa batu itu berlubang karena tetesan air yang terus menerus. Dari peristiwa itu, seketika ia tersadar bahwa betapapun kerasnya sesuatu jika ia di asah trus menerus maka ia akan manjadi lunak. Batu yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya batu. Jadi kepala saya pasti bisa menyerap segala pelajaran jika dibarengi dengan ketekunan, rajin dan sabar.
Sejak saat itu semangatnya pun kembali tumbuh lalu beliau kembali ke sekolahnya dan menemui Gurunya dan menceritakan pristiwa yang baru saja ia alami. Melihat semangat tinggi yang terpancar dijiwa Tupai, gurunya pun berkenan menerimanya kembali untuk menjadi murid disekolah itu.
Sejak saat itu perubahan pun terjadi dalam diri Tupai. Tupai manjadi murid yang tercerdas dan malampaui teman-temannya termasuk Burung Gereja dan ia pun tumbuh menjadi guru cerdas dan memiliki banyak karya hingga di bukukan.
Catatan: “Kisah Beliau diatas bisa menjadi motivasi bagi kita semua, bahwa sekeras apapun itu dan sesusah apapun itu jika kita betul-betul ikhlas dan tekun serta continue dalam belajar niscaya kita akan menuai kesuksesan. Jangan pernah menyerah atau putus asa, karena kegagalan itu hal yang biasa, tapi jika Anda berhasil bangkit dari kegagalan, itu baru luar biasa.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sampai ia sendirilah yang mengubah keadaan mereka sendiri” ( QS. Ar Rad : 11 ).
Oleh : Ardiyan Fikrianoor
Posting Komentar untuk "Cerita Fabel Islami :Tupai dan Burung Gereja"