PUISI FRIENDS
Karya : Manusia
Kupikir senyap ini menenangkan
Meskipun
Tertimbun rintik hujan
Terkesima
Oleh garis kehidupan
Aku lupa
Bukankah ini kesunyian?
Atau hanya himbauan ?
Waktuku terjeda kini
Hertas kosong itu mengusikku
Aku tak pantas berucap
Ada sakit yang tak dapat dirasa
Ini bukan jalanku
Waktuku terhenti
Derit pintu menyentuh hatiku
Kelu
Lidahku tertahan kering air mata
Jeda waktuku tak cukup
Perjuanganku tak berarti
Harapanku merusak batin
headaan menyadarkanku
Mimpiku
Terjeda oleh waktu
Bukan terhenti selamanya.
30 Maret 2019
Ilmu di Ujung Mimpi
Karya : Manusia
Lembaran-lembaran bersih
Tak terjamah
Bukan karna tak terlihat
Nyata di mata samar hati
Berada pada kalbu terdalam
Tak nyata dalam menjalani
Ia sang pemilik ungkapan mimpi
Bersandar sendiri di ujung tinggi
Jangankan kau sentuh
Di sapa angin pun tidak
Harapan menemukan cahaya
Ia terdiam oleh keadaan
Siapakah gerangan ?
Yang kan menawan mimpi ini?
Duhai tangan-tangan sang pemikir
Gapailah mimpi ini
Sebelum kalut hati membawa mati
Terkubur dalam penyesalan diri
Ia diujung tertinggi rak lemari
Sang pemilik ungkapan mimpi
Yang kau pilih di suatu hari
Yang kau lupakan semakin hari
Kini, bukalah
Maka ia kembali memberi mimpi dalam pengapmu
Bahkan yang terlupa masih memilik harapan
Untukmu sang pelupa diri
Karna ia tak kenal masa menopang mimpi.
PERPISAHAN
Karya : Rindiani Amelia
Berpindah dari tempat ini nanti
Menjabat tanganmu kemudian menjadi sukar
Barangkali, kenanganmu yang selalu butuh kuramu dengan aksara
Perlahan akan pulang dan memudar
Dari secarik temu dan pisah
Ada cerita yang padamu timbul resah
Kelihaian waktu dalam memburu dengan angka
Telah menjelmakan senyummu menjadi perihal yang begitu langka
Butuh jiwa yang rela tinggal dalam tunggu
Agar semesta berkenan menghadiahi temu
Di ufuk kepalaku
Dimensimu tak ubahnya menjadi begitu pekat
Tapi waktu membawamu terlampau cepat
Bekas dekapmu tak pernah lesap
Lengkung bibirmu tak pernah lenyap
Gema suaramu tak pernah senyap
Menjadi ikhbar yang selalu ingin kusuarakan dengan lantang
Bahwa telah menjadi tabah hatimu
Merangkai kembali semangkuk semangatku yang seringkali jatuh dan retak
DEDIKASI
(Narasi)
Karya : Rindiani Amelia
Aku tampil menyapamu dengan rupa bahagia, meski tak jarang pula berpulang menatapmu diantara masalah yang berkelindan di kepala. Kau utuh ada, singkat waktu menuntunku berkembang, mengantarku tumbuh, mengharapku ranum sembari mengajariku berdialog dengan hidup yang tak selalu ramah.
Sesederhana kata semangatmu, kau semangati aku hingga bangkit berlipat-lipat. Sebuah dedikasi dari engkau yang ikhlas memberi sepasang lengan terentang dipencapaianku yg tak seberapa. Memberi hati dan pikiran sebagai daya arungmu mengajariku terbang menuju keriuhan buana dan keramaian jagad. Menjelang selesai waktuku berlanglang di gedung tua itu, kian pula sanubari mengerti, arti sumbang jejakmu membentukku. Sepanjang kenanganmu, dengan senang hati aku akan selalu menyertakan do’a, agar kau senantiasa disehatkan. Sebab Di sela genggaman jemarimu menyimpan banyak bekas perjuangan masa remajaku. Beriringan dengan usiamu yang kian bertambah, kini aku juga tengah asik belajar berpindah menjadi dewasa. Terakhir, tetaplah menjadi sosok terbaik bagi keluarga. Terima kasih yang meluruh penuh, untukmu
CINTA TAK BERTUAN
Karya : Najunda Dwi Cahyani
insan pemilik hatiArungi kelabu dalam gelapnya malam
Seketika ku memahami luka yang memadam
Tertancap kata pada insan
Untuk tetap selalu bertahan
Melampiaskan rasa pada kedamaian
Nestapa mengais kejutan
Menjatuhkan keegoisan
Merajut perdamaian dalam bayangan
Terusik lentera kemukus
Hingga enigma tertancap padam dan hangus
Wahai kau sang empunya cerita ini
Langitkan do’a sampai membumi pada hati
Karang Bintang, 18 Oktober 2018
Ringkihan Tak Berpeluh
Karya : Najunda Dwi Cahyani
Kau hanyutkan ujaran sampai negriku berduka
Kedamaian kau duduki sebagai singgasana
Ampuni hamba yang tak pernah rindu denganmu sang pencipta
Kehancuran seakan tak dapat menepi dari mata
Kecamuk emosi kenapa kau selalu menylksa
Tumpah, telah tumpah negeriku
Habis, telah habis bangsaku
Ringkihan ini tak lagi berpeluh
Sudut angkasa tak lagi berkelabu putih
Mengapung angan diantara buih-buih
Bertabur sesai bertuangkan sedih
Akan kah gelap menyambut lagi putih
Titisan dzikir menebarkan aroma rintin
Murka Mu karena kami tak bertasbih
Maafkan hamba Mu, karena kini hati sedang perih
Karang Bintang, 01 Oktober 2018
Enigma 22 oktober
Karya : Najunda Dwi Cahyani
Menimbulkan sejuta enigma
Mengharapkan tak kala lentera indah tak pergi lebih dini
Titisan angan mengapungkan mimpi
Wahai empunya hari ini
Janganlah cepat pergi untuk yang ke sekian kali
Kami para santri mendambakan hari bahagia tak terhingga
Dikeheningan malam kami selalu bedoa
Cepatlah tiba sampai kami bisa berbangga
Karena ini kenikmatan yang luar biasa
Ku membuka mata tuk merayakannya
Sampai terselip air mata
Kenapa kata tak selalu hanyut dalam nada?
Kenapa pergi lebih awal di saat bahagia?
Bukti bahwa sehari itu tak lama
Terselip 22 oktober menimbukan sejuta lintang enigma
Karang Bintang, 20 Oktober 2018
KAU YANG KEMBALI
Mas Hadi
kau pamit meninggalkan sayatan
Menusuk jantung hati
Membuat ku gagu di sudut pilu
Jarak mengajarkan mu rindu
Jeda mengembalikan fitrah mu
Menuntun mu pulang dengan selaksa pengibaan
Tersemat janji pengampunan
Menuntaskan karma cermin diri
Aku, istana tempat mu kembali
Ruang renung Doa dan harapan
Mas Hadi
Selalu ada harapan, walau dalam keadaan terburuk sekalipun.
Selalu ada cinta tersisa, ketiak semua meabaiakan.
Kenali dirimu, maka kau akan mengenal Tuhan mu!!
Berbeda tapi sama
Mas Hadi
Kau merintis, kau menangis.
Kami melanjutkan, kami merasakan.
Kau belajar, kau mengajar.
Kami mengamalkan, kami terapkan.
Kau sakit, kau bangkit.
Kami, menangis, kami mengemis.
Berjuanglah walau dg cara yg tak sama tapi tetap sama akan cita cita, Demi mendapatkan ridho Nya.
Like... Tingkatkan lagi
BalasHapusterimakasih atas dukungannya
Hapus