Susah sinyal, Mahasiswi UIN Antasari asal Desa Gandring Kalimantan Tengah Harus Naik Turun Gunung Untuk Ikuti Kuliah Online
Foto dari Laila |
Pandemi Covid-19 telah membatasi berbagai aspek kehidupan di seluruh dunia, khususnya di Indonesia. Salah satunya adalah aspek pendidikan. Kejadian ini memaksakan satuan pendidikan baik sekolah maupun perguruan tinggi untuk melaksanakan metode pembelajaran secara online atau daring. Tentunya kabar tersebut menimbulkan suka dan duka bagi para pelaku pendidikan baik murid, guru/dosen maupun mahasiswa. Karena pembelajaran dilakukan secara online dirumah masing-masing, barang tentu akan ada kendala terlebih sarana dan prasarana yang kurang mendukung dan merata pada setiap pelaku pendidikan, ini menjadi salah satu hambatan pelaksanaan pembelajaran online tersebut.
Seperti yang
dirasakan oleh Lailatil Izati mahasiswi semester 3 jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah & Keguruan UIN Antasari Banjarmasin. Laila yang berada
di Desa Gandring, Jalan Datu Lubo, Provinsi Kalimantan Tengah mengaku bahwa ia
kesulitan dalam melaksanakan perkuliahan online, karena pasalnya di daerah
tempat tinggalnya sangat susah sinyal internet.
“Ya ke gunung dulu
baru bisa dapat sinyal dan bisa internetan itu juga kalau untuk internetan terkadang
lelet. Jadi saya sering kesusahan belajar apalagi kalau belajar daring lewat aplikasi
geogle meet atau zoom”(22/10)
Laila mengungkapkan
ia harus naik ke gunung terlebih dahulu baru bisa dapatkan sinyal dan mengikuti
perkuliahan. Permasalahan yang dialami oleh Laila bukan hanya itu, ternyata
jalan yang ditempuh menuju tempat tujuannya sangat susah untuk dilalui, belum lagi
ia harus menempuh jarak 2 KM dengan jalan kaki. Sangat beda jauh dengan sebagian
orang yang merasakan kuliah di dalam rumah dengan fasilitas sinyal internet yang
lancar dan tempat yang sangat nyaman.
“Seperti yang di
foto di atas, jalannya masih tanah liat
belum di aspal. Kalau hujan jalanya becek jadi susah dilewati. Kalau jarak
tempuh dari desa ke gunung tempat saya
belajar kurang lebih 2 KM. Saya juga kalau mau ke gunung harus jalan kaki dan melewati dua anak gunung dulu
baru bisa sampe ke gunung tempat saya belajar”
Ternyata Laila tidak
hanya merasakan hal tersebut sendirian, ia mengungkapkan bahwa ia bersama
teman-temannya di sana, yang sama-sama melaksanakan belajar secara online / daring.
Apabila jadwal
perkuliahan berlangsung seharian Laila membawa bekal dari rumah “Saya biasanya membawa bekal kalau kuliah
seharian.” Ujar Laila
Begitulah perjuangan
Laila dalam menuntut ilmu saat pandemi Covid-19, walaupun keadaannya seperti
itu, ia tidak menyerah ataupun putus asa. Semangatnya untuk terus belajar
tersebut diungkapkan melalui perjuangan naik turun gunung untuk bisa mengikuti
perkuliahan.
“Saya sangat
berharap adanya bantuan ke desa kami di sini, terutama bagi kami kaum pelajar.
Kami sangat membutuhkan jaringan atau alat penguat sinyal lainnya. Kami di sini
berjuang belajar di tengah-tengah kesulitan apalagi sewaktu banjir kami
terpaksa pergi ke gunung dengan keadaan berenang karena jalannya banjir. Jadi
saya sangat berharap kepada pemerintah dan yang lainnya untuk membantu kami.
Sekuat apapun kami berjuang sekolah jika sarana dan prasarananya tidak
mendukung maka sekolah dan cita-cita kami akan terhambat”harap Laila
Begitulah kisah
seorang mahasiswi yang harus rela naik turun gunung demi mengikuti perkuliahan
sebagai kewajibannya sebagai pelajar. Apa kabar kita yang sinyal internetnya
aman-aman saja tapi banyak mengengeluh karena hal-hal kecil.
Semoga kisah Laila
ini bisa memberikan pelajaran kepada kita semua, bahwa mensyukuri hal-hal kecil
sangatlah penting. Dari keadaan sekitar yang mendukung kita untuk beraktivitas
secara bebas, sarana dan prasarana yang bagus, itu hal-hal kecil yang
sebenarnnya nikmat yang sangat besar yang Tuhan berikan. Jadi jangan sampai sia-siakan kesempatan yang telah Tuhan berikan kepada kita serta dengan diselimuti
rasa syukur, dan semangat dalam segala urusan untuk mencapai impian, cinta dan cita-cita.
Aku tutup dengan
kalimat “Tuhan mencintai hamba-Nya
dengan berbagai cara, maka balaslah cinta itu dengan selalu optimis serta rasa
syukur. Semangat”-Arif Rahman Heriansyah-
Posting Komentar untuk "Susah sinyal, Mahasiswi UIN Antasari asal Desa Gandring Kalimantan Tengah Harus Naik Turun Gunung Untuk Ikuti Kuliah Online"