Matahari-Matahari Perahu Kujung-KKN Tematik Tahap 2 2023 Dusun Tarangkin
Dusun Tarangkin adalah salah satu dusun yang berada di Desa Paramasan Bawah Kecamatan Paramasan Kabupaten Banjar. Desa ini terletak di Jalan Trans Kandangan Tanah Bumbu yang memiliki tiga Kabupaten yaitu Hulu Sungai Selatan, Banjar dan Tanah Bumbu. Dusun Tarangkin ini termasuk dalam RT 09 dan penghuninya sekitar kurang lebih 22 kepala keluarga. Masyarakat Dusun Tarangkin menganut agama Islam (Muallaf) dan Kaharingan. Untuk mata pencaharian masyarakat diantaranya berkebun, melangsir kayu, mencari ikan (memancing, melunta, mencaluk, menyumpit, menyetrum ikan), menambang emas (mendulang), dan mencari madu (memulut). Rutinitas mereka setiap hari bekerja di ladang, hutan dan di sungai. Untuk penerangan malam di sana hanya menggunakan bantuan tenaga surya, karena belum ada tenaga listrik. Hal ini disebabkan terkendala nya pemasangan tiang listrik ke dusun tersebut, alasan nya adalah PLN belum mampu menyalurkan listrik dikarenakan jumlah warga di sana yang sedikit dan dinilai tidak cukup banyak mendatangkan keuntungan untuk perusahaan BUMN tersebut, terlebih lagi karena kondisi jalan yang cukup rusak parah dan medan nya pun cukup ekstrim, sehingga hanya bisa menggunakan alat transportasi kendaraan roda dua (sepeda motor), apabila mobil maka dipastikan akan baret disana-sini.
Dalam menjalani KKN di Dusun Tarangkin ini, kami tinggal di posko yang mana itu adalah rumah salah satu warga, Bapa Arbain atau lebih akrab disapa Pa Bain (Julak Jungkat) adalah salah satu warga dusun Tarangkin yang muallaf dan rumah beliau sekeluarga sudah menjadi posko dari awal adanya KKN di Dusun Tarangkin (Tempat yang kami tinggali dinamakan Perahu Kujung , sedangkan Tarangkin yang sebenarnya terletak di daerah seberang sungai yang dihubungkan oleh jembatan gantung di atas Sungai Bantangai) sampai sekarang. Kami tiba di Dusun Tarangkin ini pada tanggal 11 Oktober 2023 sekitar sore hari dan dijemput oleh warga dusun tersebut menggunakan mobil yang dikemudikan oleh Bapa Upan (beliau merupakan orang yang cukup terpandang di dusun tersebut karena beliau merupakan penyuplai kemiri, kayu, serta hasil kebun beberapa warga lainnya yang nanti akan dipasarkan ke luar dusun bahkan ke luar daerah Paramasan Bawah). Kami disambut dengan hangat oleh warga, terutama anak-anak yang sepertinya sangat senang dengan kehadiran kami walaupun mereka masih malu dengan kami, belum sampai setengah jam mereka mulai menunjukkan ketertarikan dengan mendekat dan menyapa terlebih dahulu,
mereka berkata mereka sangat tidak sabar untuk menghabiskan hari-hari bersama kami untuk bermain dan belajar. Dan memang benar, selama 1 bulan kami menikmati hari-hari dengan diiringi canda tawa dan keceriaan anak-anak yang ada di Dusun Tarangkin, mereka memiliki perilaku yang menggemaskan, sopan santun , lincah dan sangat perhatian, baik kami ataupun mereka sepertinya sudah ada ikatan batin dimana saya sendiri sudah menganggap anak-anak di sana sebagai adik-adik saya.
Kegiatan mereka sehari-hari yang pekerjaannya cukup berat dibanding pekerjaan - pekerjaan di perkotaan terhitung membutuhkan waktu yang cukup lama bekerja dalam sehari nya. Kebiasaan mereka pergi ke beraktivitas dimulai dari terbit matahari sampai matahari terbenam. Dengan bahu membahu antar anggota keluarga mengerjakan pekerjaan sehingga memberikan dampak pada kegiatan lainnya yang akhirnya sering mereka tinggalkan secara tidak sengaja. Sebut saja kegiatan sekolah anak-anak yang sebenarnya sudah dipotong hanya selama 4 hari saja dari Senin sampai Kamis, dengan alasan medan yang tidak mudah untuk dilalui tenaga pengajar, pun masih sering kegiatan pembelajaran nya dilaksanakan dengan siswa yang kurang lengkap. Kemudian bagi orang-orang tua yang baru bisa kembali dari ladang, hutan atau sungai pada petang hari juga menjadi alasan bagi mereka untuk tidak mengikuti kegiatan keagamaan di Mushala pada sore hari. Lalu sebagai solusi akhirnya kami menyeru kepada warga bahwa kegiatan keagamaan seperti pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an dan kajian keislaman diadakan selepas shalat maghrib dan Isya.
Beberapa minggu kami ber KKN, banyak sekali hal-hal baru yang saya temukan seperti contohnya perbedaan terkait dengan kebiasaan saat makan bersama, hal itu saya ketahui setelah selesai makan bersama dengan beberapa teman kami yang merupakan warga asli di sana (pemuda kampung), kebiasaan kami saat makan bersama yang diselingi percakapan ringan di sela makan dan setelah makan menimbulkan pertanyaan bagi mereka (pemuda kampung), salah satu dari mereka bertanya “mengapa kalian tetap berdiam di tempat meskipun sudah selesai menghabiskan makanan di piring masing-masing?” lalu saya menjawab “sebenarnya kami tidak selalu melakukannya, ini bukanlah sebuah keharusan, hanya saja seringkali kami mengambil jeda agar tidak terkesan tergesa-gesa dalam melakukan setiap kegiatan” lalu mereka menjawab “oo begitu, kalau di sini kami punya sebuah papadah orang bahari yang mengatakan bahwa kita harus meninggalkan tempat duduk (bergeser dari tempat awal makan) untuk menghindari keadaan dimana ketika kita berpisah dengan istri/suami, kita tidak menempel terus-terusan dengan mereka (hubungan pasca cerai) atau secara sederhana nya kita bisa move on dengan mudah, maka dari itu kami biasanya berpindah tempat duduk mejauhi area tempat makan setelah menyelesaikan makan”, saya pun tertawa karena berpikir bagaimana bila perpisahan itu tidak akan terjadi antar suami istri, karena tidak ada yang mengharapkan perpisahan dalam sebuah pernikahan.
Kegiatan yang kami lakukan di Dusun Tarangkin selain mengerjakan program kerja lebih didominasi dengan kegiatan bermasyarakat dan bermain serta mengeksplor destinasi wisata alam yang ada di sana. Hal yang paling saya suka diantaranya adalah ketika kami bisa mandi dengan view ala-ala vila di pegunungan (kamar mandi terbuka langsung menghadap ke pegunungan dan aliran sungai), kemudiaan ketika kami ikut mengelupas kulit kemiri dan memecah kacang kering bersama warga, selanjutnya disaat kami bisa merasakan sarapan pagi menikmati lezatnya daging buah durian dan buah lahung yang ternyata bahkan lebih lezat dibanding durian itu sendiri, awalnya saya sempat skpetis ketika mendengar nama buah yang satu ini, karena pemaknaan yang saya ketahui sebelumnya mengandung konotasi negatif, ternyata buah lahung memang benar-benar ada dan rasanya sangat lezat (emoji menangis sambil bersyukur).
Hal lain yang saya rasa menjadi pengalaman mahal (apalagi bagi saya yang anak rumahan) adalah dimana ketika kami berkesempatan untuk menginjakkan kaki di beberapa wisata alam yang ada di sekitar Dusun Tarangkin dan Desa Paramasan Bawah, sebut saja Aliran Sungai Bantanga-Kepala Kucing, Mandin (Air Terjun) Kalimbung, Mandin Mandap, Mandin Kili, Mandin Giping, Mandin Mangapan (Paramasan Atas). Dari keseluruhan tempat itu saya sangat menikmati setiap momen kebersamaan sembari mengabadikan setiap keindahan alam yang sebisa mungkin saya rekam dengan dua bola mata saya sembari bertadabbur alam. Semoga 1 bulan ini dapat memberikan motivasi bagi saya untuk terus mengabdi bagi masyarakat sesuai perannya.
@story.kkndesatrankin Aditya Dwi Fatriya | M.Ardi Ryani | Arinda Febyola | Elma Nur Hafizah | Norlaili Izzati | Utin Dina Aulia
Ternyata dibalik pegunungan tersimpan beragam cerita yang berkesan, semoga nanti jalur Paramasan mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah, terlebih untuk jalur yang melewati tempat tempat wisata alam nya.
BalasHapussemoga cepat jadi perhatian, krna akses jalan ini sngt penting untuk perkmbangan dan kemajuan di daerah paramasan
HapusGa bisa berkata kata lagi🔥🔥🔥
BalasHapusWahhh sepertinya sangat menyenangkan dan nambah pengalaman bangett... semoga nanti KKNnya juga gini😆
BalasHapusaamiin, lebih seru lagiiiii
Hapus🔥🔥🔥
BalasHapus🔥🔥🔥
Hapus