Menulis sebagai Tradisi Ulama: Menghidupkan Semangat Budaya Membaca dan Menulis Oleh Jamal (Santri PP. Daarul Ishlah Assyafi’iyah)
Di era zaman digital literasi sanggatlah penting bagi para santri atau non santri baik siswa, maupun masyarakat, karna adanya literasi anak bangsa bisa membentuk peradaban yang visioner dengan ilmu pengetahuan supaya bisa memajukan suatu bangsa yang baik dalam mengembangkan landasan pengetahuan dan pemahaman yang kuat. Dalam Islam, para ulama selalu menjadi sumber bimbingan dan kebijaksanaan bagi masyarakat, dan penekanan mereka pada literasi telah memainkan peran penting dalam membentuk lanskap intelektual masyarakat Muslim.
Membaca dan belajar sanggatlah penting dalam Islam, Nabi Muhammad sendiri menekankan pentingnya mencari ilmu. Para ulama, sebagai penerus Nabi, telah mewariskan tradisi ini dengan mempromosikan literasi di kalangan siswa dan mendorong mereka agar mereka giat literasi di lingkungan pesantren, dengan mengedepankan pentingnya membaca dan berpikir kritis, ulama menanamkan semangat belajar dan rasa haus akan ilmu pengetahuan di kalangan para pelajar.
Karena Ulama selalu menjadi garda terdepan dalam menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan menginspirasi orang lain untuk mencari ilmu melalui membaca. Hal ini khususnya berlaku di masyarakat Islam, di mana ulama sangat dihormati karena ilmu dan kebijaksanaannya Di antara tokoh yang paling menonjol dalam mendorong literasi di kalangan pelajar adalah ulama. Ulama secara tradisional dipandang sebagai penjaga ilmu dan pembawa obor ajaran Islam. Mereka selalu menekankan pentingnya membaca dan memperoleh ilmu sebagai cara untuk memperkuat keimanan dan pemahaman seseorang terhadap dunia Salah satu cara utama ulama mendorong literasi di kalangan pelajar adalah dengan memberi contoh. Banyak ulama yang dikenal karena perpustakaan mereka yang luas dan dedikasi mereka untuk membaca dan belajar Dengan menunjukkan kepada para pelajar pentingnya membaca dan belajar usia yang masih dini.
Menurut Hasil SNLIK tahun 2024 menunjukkan indeks literasi keuangan penduduk Indonesia sebesar 65,43 persen, sementara indeks inklusi keuangan sebesar 75,02 persen. SNLIK tahun 2024 juga mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah.
Sedangkan menurut UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, Cuma beberapa orang aja yang membaca.
Literasi dalam ajaran Islam seharusnya sudah menjadi gerakan yang harus di junjung tinggi. Hal ini telah dicerminkan oleh para ulama, dengan berbagai karyanya dalam mengabadikan pendidikan Islam di Dunia. Karya-karya tersebut menunjukkan bahwa kita seharusnya mengikuti jejak para ulama, yaitu dengan membaca karya-karyanya juga mengikuti menulis sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan budaya yang harus dikembangkan. Berikut para ulama yang bisa kita tiru untuk terus berkarya:
1. Imam nawawi Al-Bantani nama lengkap Imaam Al-‘Allaamah Asy-Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Jawi al-Bantani at-Tanari asy-Syafi’i (bahasa Arab: الإمام العلامة الشيخ محمد نووي بن عمر الجاوي البنتني التناري الشافعي) atau lebih dikenal Syekh Nawawi al-Bantani (lahir di Tanara, Serang, sekitar tahun 1230 Hijriyah atau 1813 Masehi – wafat di Mekkah, Hijaz, sekitar tahun 1314 Hijriyah atau 1897 Masehi) adalah salah seorang ‘ulama besar asal Indonesia bertaraf Internasional yang menjadi Imam Masjidil Haram di Saudi Arabia. Ia bergelar al-Bantani karena berasal dari provinsi Banten (negara Indonesia) Ia adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat produktif menulis kitab, jumlah karyanya tidak kurang dari 115 seperti kitab yang meliputi bidang ilmu fiqih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis Diantara karya beliau juga mengarang kitab fiqih yaitu kitab nihayatu zain merupakan salah satu kitab fikih mazhab Syafi’i yang fenomenal untuk kalangan pesantren di Indonesia. Kitab ini sering dipakai dalam forum-forum bahtsul masail NU sebuah tradisi musyawarah keilmuan pesantren bagi kalangan Nahdliyin.
Nama lengkap kitab ini adalah Nihayatuz Zain Fi Irsyadi al-Mubtadi’in. Sebuah kitab fikih syarah dari kitab Qurrotu al-‘Ain karya Syekh Zainuddin al-Malibari. Kitab Nihayatuz Zain ini dikarang oleh Syekh Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin Umar Al-Jawi, seorang Ulama yang berasal dari kampung Tanara di Banten
Sebagai syarah Qurrotu al-‘Ain, kitajb Nihayatuz Zain ini sama seperti kitab Fathul Mu’in, hanya saja kitab Nihayatuz Zain sedikit lebih tebal sehingga bisa digolongkan syarah mutawassith (pertengahan). Tidak hanya kitab itu yang beliau karang diantara karya beliau:
- Kitab nihayatu Zain
- Kitab nurud dholam
- Kitab Uqud al-Lujain
- Kitab Mirqatu Shu’udit Tashdiq,
- Kitab Kasyifatus Saja dll
2. Imam Al-Ghazali yang mempunyai nama lengkap Abu Hamid Ibn Muhammad Ibn Ahmad Al-Ghazali dia bergelar al ghazali di karenakan ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat kelahirannya disebut Ghazalah umur imam ghazali adalah 1058 (umur -54–-53) Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli pikir, ahli filsafat Islam,ahli tasawuf yang terkemuka juga teologi muslim Persia, beliau dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan yang lahir di Thus Iran pada Tahun 450 H atau 1058 M beliau bermazhab syafi’i dan dianggap sebagai Mujaddid abad ke-5 seorang pembaru imam.di dalam keseharian imam Ghazali dalam berdakwah dan mengajar juga mengarang kitab yang di beri nama ihya ulumuddin(kebangkitan ilmu pengetahuan Agama) dan kitab Tahafut al-Falasifah Karya-karyanya sangat diakui oleh orang-orang sezamannya sehingga al-Ghazali dianugerahi gelar kehormatan Bukti Islam (Hujjat al-Islam) selama mengajar imam Ghazali pernah pernah memegang jabatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia pada 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.
Karya-karya imam Ghazali diantaranya:
- Kitab Ihya ulumuddin
- Kitab Ayyuha al-Walad
- Kitab Tahafud al-falasifah
- Kitab Mauidhatul muminin
3. Imam as-Suyuthi :Jalaluddin as-Suyuthi (bahasa Arab: جلال الدين السيوطي) (gelar lengkapnya Abdurrahman bin Kamaluddin Abu Bakr bin Muhammad bin Sabiquddin, Jalaluddin al-Misri as-Suyuthi asy-Syafi’i al-Asy’ari; lahir 1445 (849H) – wafat 1505 (911H)) adalah seorang ulama dan cendekiawan muslim yang hidup pada abad ke-15 di Kairo,Mesir. Beliau adalah muridnya Jalaluddin al-Mahalli,Ahmad ibn Muhammad ibn Muhammad Shumunni, Ibnu Hajar Al ‘Asqalani pendidikan beliau Imam Suyuthi dalam kitabnya yang berjudul Khusn al-Muhadlarah menyebutkan bahwa ia mendapatkan ijazah dari setiap guru yang didatanginya, yaitu mencapai 150 ijazah dari 150 orang guru. Di antara guru-gurunya tersebut, ia berguru pada Al-Bulqini sampai wafatnya, juga belajar hadits pada Syaikhul Islam Taqiyyudin al-Manaawi Spesialisasi Tafsir al quran,Fikih, Ushul fiqih pekerjaan beliau muhaddith, ahli geografi, sejarawan, mufasir semasa hidupnya beliau mengarang kitab Tafsir jalalain yang awalnya disusun oleh Jalaluddin al-Mahalli pada tahun 1459 kemudian dilanjutkan oleh muridnya Jalaluddin as-Suyuthi pada tahun 1505 dan beberapa kitab lainnya yang beliau karang seperti
- Al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an
- Tafsir al-Jalalain
- Jami’ ash-Shagir
- Al-Asybah wa an-Nazhair
- Syarh Sunan Ibnu Majah dll
Manfaat bagi masyarakat dengan menulis diantaranya :
- Meningkatkan kesadaran dengan adanya menulis masyarakat dapa mengetahui berbagai isu penting baik sosial, lingkungan atau politik
- Mendorong perubahan Tulisan yang inspiratif dapat memicu aksi nyata dan perubahan positif di Masyarakat
- Menumbuhkan Literasi semakin banyak orang yang membaca dan menulis meningkatkan pula Litrasi di masyarakat
Literasi sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia karena bisa berdampak positif. Adanya literasi ini dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang visioner melalui minat baca anak bangsa dan masyarakat sekitar juga Program-program literasi lainnya yang di kelola oleh pemerintah melalui komunitas-komunitas baca di Indonesia. Para Ulama yang dapat selalu menjadi teladan bagi kita semua.
Posting Komentar untuk " Menulis sebagai Tradisi Ulama: Menghidupkan Semangat Budaya Membaca dan Menulis Oleh Jamal (Santri PP. Daarul Ishlah Assyafi’iyah)"